Awalnya merupakan perusahaan software, Microsoft kini punya bisnis di berbagai industri lain.
Microsoft mengakuisisi ZeniMax Media pada September 2020 lalu. Dan pada Januari 2022, mereka mengakuisisi perusahaan game besar lainnya, yaitu Activision Blizzard. Tidak tanggung-tanggung, Microsoft rela membayar US$68,7 miliar demi mendapatkan perusahaan game tersebut. Jika Microsoft berhasil mengakuisisi Activision Blizzard, maka transaksi ini akan menjadi akuisisi terbesar dalam sejarah Microsoft.
Menariknya, Microsoft tidak mengawali bisnisnya sebagai perusahaan game. Ketika didirikan, bisnis utama Microsoft adalah software. Namun, seiring berjalannya waktu, bisnis mereka melebar. Sekarang, Microsoft juga punya berbagai divisi lain selain software, seperti hardware, gaming, dan cloud.
Awal Berdiri Microsoft
Microsoft didirikan oleh Bill Gates dan Paul Allen pada 4 April 1975. Gates dan Allen merupakan masa teman kecil. Nama Microsoft sendiri merupakan gabungan antara microcomputer dan software. Pada awalnya, Microsoft bermarkas di New Mexico, Amerika Serikat. Mereka pindah ke Washington DC pada 1979.
Ketika Microsoft didirikan, kebanyakan warga Amerika Serikat masih menggunakan mesin ketik. Namun, lama sebelum Microsoft berdiri, Gates dan Allen sudah menunjukkan ketertarikan pada komputer. Saat masih duduk di bangku SMA, keduanya sering kabur dari kelas untuk menghabiskan waktu mereka di ruang komputer. Keduanya bahkan sempat meretas komputer sekolah. Untungnya, Gates dan Allen tidak dikeluarkan karena hal tersebut. Sebaliknya, mereka diberi izin untuk menggunakan komputer sekolah selama yang mereka mau. Sebagai gantinya, mereka harus memperbaiki performa komputer di sekolah.
Dengan bantuan Paul Gilbert, Gates dan Allen membuat perusahaan ketika mereka masih SMA. Dinamai Traf-O-Data, perusahaan itu menjual komputer untuk menghitung lalu lintas dalam kota ke pemerintah kota Seattle, menurut laporan ThoughtCo. Pada 1973, Gates meninggalkan Seattle untuk kuliah di Harvard University. Walau mengambil jurusan hukum, dia masih tetap mencintai programming dan menghabiskan banyak waktunya di ruang komputer di Harvard. Di sana, dia terus mengasah kemampuannya dalam membuat software. Tidak lama setelah itu, Allen pindah ke Boston. Dia bekerja sebagai programmer. Dia kemudian mendorong Gates untuk keluar dari Harvard agar mereka bisa fokus untuk mengerjakan proyek mereka.
Pada Januari 1975, Allen membaca artikel tentang microcomputer Altair 8800 di majalah Popular Electronics dan menunjukkannya ke Gates. Hal ini memicu Gates untuk menghubungi MITS, perusahaan yang membuat Altair. Gates menawarkan diri untuk menulis bahasa programming yang kompatibel dengan Altair. Selama delapan minggu, Gates dan Allen membuat demo untuk ditunjukkan ke MITS. Setelah melihat demo buatan Gates dan Allen, MITS setuju untuk mendistribusikan dan memasarkan software buatan Gates dan Allen dengan nama Altair BASIC.
Kontrak dengan MITS inilah yang menginspirasi Gates dan Allen untuk membuat perusahaan software mereka sendiri. Dan pada April 1975, Microsoft didirikan di Albuquerque, New Mexico. Alasan Gates dan Allen memilih kota tersebut adalah karena di sanalah markas dari MITS.
Bisnis Awal Microsoft: Software dan Sistem Operasi
Microsoft meluncurkan sistem operasi pertama mereka pada 1980. Dinamai Xenix, sistem operasi itu didasarkan pada Unix. Nantinya, Xenix akan digunakan sebagai dasar dari Multi-Tool Word, software word-processing pertama dari Microsoft, pendahulu dari Microsoft Word.
Pada 1980, IBM meminta Microsoft untuk membuat sistem operasi bagi personal computer pertama mereka, IBM PC. Microsoft lalu membeli OS dari perusahaan lain, memodifikasinya, dan menamainya MS-DOS (Microsoft Disk Operating System). MS-DOS dirilis untuk IBM PC pada 1981. Dan sistem operasi itu terbukti populer. Buktinya, kebanyakan perusahaan PC membeli lisensi MS-DOS untuk PC buatan mereka. Pada awal 1990-an, Microsoft telah menjual lebih dari 100 juta copies dari MS-DOS. Satu hal yang menarik, Microsoft hanya menjual lisensi MS-DOS pada IBM atau perusahaan manufaktur PC lainnya. Namun, hak kepemilikan atas OS itu tetap dipegang oleh Microsoft. Alhasil, Microsoft untung besar.
Pada 1983, Microsoft meluncurkan Windows, sistem operasi dengan graphical user interface dan kemampuan untuk melakukan multitasking. Di 1986, Microsoft melakukan penawaran saham perdana (IPO). Kesuksesan Microsoft membuat Gates menjadi miliarder di umur 31. Microsoft meluncurkan Windows 3.0 pada 1990, yang digunakan oleh banyak orang. Tiga tahun sejak diluncurkan, pada 1993, Windows 3.0 dan versi lebih baru dari OS itu terjual sebanyak 1 juta copies per bulan. Saat itu, hampir 90% dari seluruh PC di dunia menggunakan Windows sebagai OS. Selain Windows, produk Microsoft lain yang sukses sampai saat ini adalah Office. Microsoft meluncurkan paket software untuk pekerja kantoran itu pada 1989.
Sukses dengan Windows, Microsoft terus memperbaiki OS tersebut. Pada 1993, mereka meluncurkan Windows NT, sistem operasi yang dapat menghubungkan beberapa PC. Pada awalnya, penjualan Windows NT mengecewakan. Namun, Microsoft berhasil memperbaiki Windows NT. Dan pada 1996, Windows NT diklaim sebagai standar untuk PC networking, mengalahkan NetWare buatan Novell.
Di 1995, Microsoft memperkenalkan Windows 95. OS itu adalah sistem operasi pertama yang mengintegrasikan Windows dengan MS-DOS sepenuhnya. Kelebihan lain dari OS itu adalah ia mudah untuk digunakan, sama seperti Mac OS dari Apple. Microsoft tak hanya mendominasi pasar sistem operasi komputer, tapi juga pasar software produktivitas. Dalam membuat software word-processing dan spreadsheet, Microsoft berhasil mengalahkan pesaing-pesaing lama mereka, seperti Lotus dan WordPerfect.
Sayangnya, kesuksesan Microsoft dengan Windows dan Office membuat mereka terlambat menyadari potensi dari internet. Mereka tidak menunjukkan ketertarikan untuk membuat software terkait internet sampai Netscape Communications Corp. memperkenalkan Navigator, browser untuk menjelajah World Wide Web. Dengan cepat, Microsoft membangun browser mereka sendiri, yaitu Internet Explorer. Mereka lalu mendorong manufaktur komputer dan penyedia layanan internet untuk mendistribusikan Explorer secara eksklusif. Pada 1996, Microsoft memaketkan Internet Explorer dengan Windows OS, yang mendorong Netscape untuk menuntut mereka.
Pengadilan berlangsung selama 30 bulan. Pada 1999, hakim memutuskan bahwa Microsoft telah melanggar Sherman Antitrust Act (1890) dan memerintahkan mereka untuk melakukan breakup. Enggan untuk menerima keputusan tersebut, Microsoft mengajukan banding. Dan pada 2001, walau Microsoft tetap dinyatakan bersalah karena berusaha untuk mempertahankan monopoli, mereka tidak perlu memecah perusahaan, menurut laporan Britannica.
Hanya saja, masalah Microsoft dengan pengadilan belum berakhir. Pada 2004, Uni Eropa mengenakan denda sebesar EUR497,2 juta pada Microsoft atas tuduhan praktek monopoli. Ketika itu, denda tersebut adalah denda terbesar yang pernah dikenakan oleh Uni Eropa. Pada Februari 2008, Uni Eropa kembali mengenakan denda pada Microsoft. Kali ini, denda dari Uni Eropa bahkan lebih besar, mencapai EUR89 juta. Microsoft dikenai denda tersebut karena mereka melanggar keputusan Uni Eropa pada 2004 dan secara ilegal memaketkan software multimedia mereka dengan OS yang mereka buat.
Microsoft Jajaki Gaming
Microsoft memperkenalkan konsol gaming pertama mereka -- Xbox -- pada 2001. Tentu saja, Microsoft menghadapi persaingan ketat dari Sony dan Nintendo. Meskipun begitu, Xbox berhasil menjadi konsol terpopuler kedua ketika itu. Total penjualan Xbox mencapai 24 juta unit, mengalahkan GameCube, yang hanya terjual sebanyak 21 juta unit. Namun, angka penjualan Xbox kalah jauh dari total penjualan Sony PlayStation 2, yang mencapai 155 juta unit. Satu tahun setelah peluncuran Xbox, Microsoft merilis Xbox Live. Dan pada 2005, mereka meluncurkan penerus dari Xbox, yaitu Xbox 360.
Selama bertahun-tahun, Microsoft kesulitan untuk mendapatkan untung dari penjualan konsol, Persaingan yang ketat dengan Sony dan Nintendo menjadi salah satu alasan di balik masalah tersebut. Pada 2009, Microsoft memutuskan untuk memangkas harga Xbox 360 Elite sebesar 25%. Harapannya, hal ini akan mendorong penjualan Xbox 360 dan meningkatkan pangsa pasar mereka di pasar konsol.
Strategi Microsoft sukses. Di 2010, Xbox 360 berhasil menjadi konsol favorit di kalangan gamers Amerika Serikat. Secara total, Xbox 360 terjual sebanyak 84 juta unit, tidak jauh berbeda dari total penjualan PlayStation 3, yang terjual sebanyak 87,4 juta unit. Sayangnya, karena Microsoft menurunkan harga Xbox, maka pemasukan mereka dari Enterntainment and Devices Division (EDD) justru mengalami penurunan sebesar 6%.
Penurunan pemasukan itu tidak menghentikan Microsoft untuk membuat konsol gaming baru. Pada 2013, Microsoft merilis Xbox One. Menurut laporan IGN, sejak awal peluncuran, konsol itu memang mendapatkan sambutan yang kurang baik. Salah satu alasannya, karena Xbox One dikabarkan punya performa yang kurang baik walau memiliki harga yang lebih mahal dari PlayStation 4. Untungnya, pandangan para gamers akan Xbox One berubah setelah Microsoft mengumumkan keberadaan beberapa game eksklusif untuk Xbox One, seperti Titanfall, Dead Rising 3, dan Forza Motorsport. Sayangnya, dari segi jumlah penjualan, Xbox One masih kalah dari PS4. Xbox One terjual sebanyak 88,14 juta unit, dan PS4 terjual 115,79 juta unit.
Di November 2020, Microsoft merilis konsol terbaru mereka, yaitu Xbox Series X/S. Namun, pada Electronic Entertainment Expo (E3) 2021, CEO Microsoft Satya Nadella dan Xbox Game Leader Phil Spencer mengatakan, Microsoft akan fokus pada cloud gaming dan Xbox Game Pass di masa depan.
Kegagalan Microsoft di Industri Mobile
Microsoft tidak selalu sukses ketika mereka memutuskan untuk masuk ke sebuah industri. Mobile adalah salah satu industri yang Microsoft gagal kuasai. Microsoft memasuki industri mobile pada Oktober 2010 dengan memperkenalkan sistem operasi mobile, Windows Phone. Sebenarnya, smartphone dengan OS Windows Phone menawarkan pengalaman penggunaan yang tidak kalah dari iPhone atau Android.
Sayangnya, Microsoft gagal untuk menarik developer aplikasi untuk membuat aplikasi di Windows Phone. Karena itulah, setiap Microsoft memperkenalkan smartphone dengan Windows Phone baru, muncul pertanyaan apakah ponsel itu akan dilengkapi dengan aplikasi populer, seperti Instagram, seperti yang disebutkan oleh The Verge. Jadi, walau Microsoft berhasil memberikan pengalaman penggunaan yang lebih baik dengan Windows Phone, Google dapat membangun ekosistem yang lebih baik dengan Android. Dan karena Android memiliki berbagai aplikasi, OS itu pun lebih menarik bagi konsumen.
Tak hanya itu, Google pun seolah-olah berusaha untuk menyabotase Windows Phone dengan tidak membuat aplikasi YouTube untuk OS buatan Microsoft tersebut. Mengingat banyak orang menghabiskan waktu mereka untuk menonton YouTube di mobile, ketiadaan aplikasi YouTube di Windows Phone membuat OS itu tak menarik di mata konsumen. Dengan meniadakan aplikasi YouTube di Windows Phone, Google berhasil mencegah OS itu menjadi saingan dari Android.
Namun, Microsoft tidak menyerah begitu saja. Pada 2014, mereka mengakuisisi Nokia. Walaupun begitu, akuisisi tersebut tidak serta-merta membuat developer aplikasi tertarik untuk membangun aplikasi di Windows Phone. Karena itulah, Microsoft memilih fokus untuk menonjolkan keahlian Nokia, yaitu membuat desain smartphone yang unik dan kamera yang mumpuni. Sayangnya, hal ini justru menjadi bumerang. Karena keputusan Microsoft itu justru membuat vendor smartphone Android, seperti Samsung, sadar akan pentingnya desain dan kamera pada smartphone.
Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Bahkan setelah mengakuisisi Nokia, Microsoft hanya bisa menguasai 2,5% pangsa pasar smartphone pada 2015. Akhirnya, Microsoft pun memutuskan untuk menyerah dalam memenangkan industri mobile. Pada Oktober 2017, Microsoft membuat pengumuman resmi bahwa sistem operasi Windows Phone telah mati.
Microsoft di Industri Cloud
Selain gaming dan mobile, Microsoft juga menunjukkan ketertarikan dengan cloud. Windows Azure diperkenalkan oleh Ray Ozzie, mantan Chief Software Architect Microsoft, pada PDC 2008. Pada awalnya, Steve Ballmer -- yang ketika itu menjabat sebagai CEO Microsoft -- menolak konsep Software as a Service (SaaS). Dia khawatir, keberadaan SaaS justru akan membunuh bisnis Windows dan Office, yang memberikan kontribusi sebesar 80% pada total pemasukan perusahaan. Namun, pada akhirnya, dia mendukung visi untuk menjadikan Microsoft sebagai perusahaan cloud sepenuhnya.
Ketika Satya Nadella menggantikan Ballmer sebagai CEO, dia mengubah strategi Microsoft, menjadi mobile first dan cloud first. Strategi cloud first berarti, tim produk internal dan rekan eksternal Microsoft akan memprioritaskan penjualan cloud ketika mereka menawarkan produk Microsoft ke klien. Dan strategi itu berbuah manis. Sekarang, Azure berhasil menjadi layanan cloud yang bisa menyaingi Amazon Web Services (AWS), yang telah lama menjadi penguasa pasar cloud.
Pada awalnya, proyek Azure diberi kode "Red Dog". Dave Cutler, teknisi yang membuat arsitektur Windows NT, ditugaskan untuk membuat OS yang nantinya, akan menjadi pondasi dari layanan cloud Microsoft. Layanan Microsoft Azure diluncurkan ke masyarakat umum pada Februari 2010. Pada awalnya, jumlah layanan yang tersedia di Azure sangat terbatas. Azure hanya memiliki empat layanan utama. Dan ketika pertama kali diluncurkan, Azure bukanlah platform yang bisa diadopsi oleh perusahaan dengan mudah. Ketika itu, Azure lebih banyak digunakan oleh komunitas developer yang hendak membantun aplikasi web tertentu.
Amazon EC2 diluncurkan pada 2008. Sementara saat itu, Microsoft Windows Server VM tersedia dalam versi beta. Amazon lalu merilis Elastic Block Store (EBS), yang mendorong tingkat adopsi EC2. Karena, EBS memungkinkan konsumen untuk menjalankan software tradisional Windos di cloud. Pada saat yang sama, open source software (OSS) mulai populer. Karena Linux VM lebih murah dan OSS packages seperti Apache, PHP, dan MySQL memberikan performa yang stabil, banyak developers yang pindah menggunakan software open source. Beberapa software yang populer adalah Ubuntu dari Canonical, Red Hat Enterprise Linux, dan SUSE.
Popularitas OSS dan Amazon EC2 membuat Microsoft mempertimbangkan ulang strategi mereka di industri cloud. Mereka sadar, di satu sisi, konsumen ingin memiliki kendali yang lebih besar akan platform cloud yang mereka gunakan. Di sisi lain, developers ingin platform cloud yang terbuka, didukung oleh software open source, khususnya Linux. Pada 2014, Microsoft mengambil langkah yang mengejutkan banyak orang. Mereka bekerja sama dengan Red Hat, Oracle, SUSE, dan Canonical untuk membuat Azure bisa menjalankan Linux OS dengan optimal. Akhirnya, di 2017, 40% virtual machine di Azure menggunakan Linux sebagai OS.
Setelah itu, Microsoft mulai mencari fitur yang bisa membuat Azure unik dari pesaing mereka. Mereka lalu berkolaborasi dengan Hortonworks, startup big data yang menawarkan Azure HDInsight. Selain itu, mereka juga meluncurkan Azure Data Lake Store dan Azure Data Lake Analytics. Tujuannya, agar Azure memiliki platform big data dan analisa yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan konsumen. Dan ketika Microsoft menyadari Internet of Things (IoT) akan menjadi sumber data untuk analitik, Microsoft mulai membuat layanan managed IoT.
Pada 2016, Microsoft mempekerjakan Brendan Burns, salah satu pendiri Kubernetes dan lead engineer di Google. Dia memimpin proyek untuk membuat platform Kubernetes di Azure, yang dinamai Azure Kubernetes Service (AKS). Selain itu, Microsoft juga punya peran aktif dalam berbagai proyek inovatif, seperti Virtual Kubelet, Service Mesh Interface, dan Kubernetes-based Event-driven Autoscaling. Sekarang, Microsoft dan Azure berhasil mendapatkan kredibilitas di mata komunitas developer Kubernetes.
Kemudian, Microsoft mengalihkan perhatiannya ke Machine Learning dan Artificial Intelligence. Azure merupakan salah satu platform cloud publik pertama yang menawarkan visual designer untuk melatih model Machine Learning. Investasi Microsoft di database, big data, IoT, dan AI memungkinkan mereka untuk menawarkan platform cloud dengan integrasi ke AI yang dalam. Karena itulah, mereka menggunakan jargon Intelligent Cloud dan Intelligent Edge untuk Azure.
Kontribusi Divisi-Divisi Microsoft di Pendapatan
Microsoft baru saja merilis laporan keuangan untuk Q2 2022. Dalam 3 bulan terakhir, pemasukan perusahaan naik 20%, menjadi US$51,7 miliar, sementara pendapatan bersih mereka naik 21%, menjadi US$18,8 miliar. Tiga hal yang mendorong pemasukan Microsoft pada kuartal ini adalah Office, layanan cloud, dan Windows.
Pada Q2 2022, pemasukan Microsoft dari Windows OEM naik 25% dari tahun lalu. Mengingat tiga bulan terakhir adalah kuartal kedua sejak Microsoft meluncurkan Windows 11, hal itu tidak aneh. Selain itu, Nadella juga berkata, pasar PC kini kembali mulai bergairah. Semakin banyak keluarga yang memerlukan PC di rumah. Tak hanya itu, waktu yang mereka habiskan di depan PC juga naik. Kini, secara total, Windows 10 dan Windows 11 digunakandi 1,4 miliar komputer.
Sebelum merilis laporan keuangan Q2 2022, Microsoft memperingatkan investor, pemasukan dari divisi Surface mungkin akan turun. Namun, kekhawatiran Microsoft itu tidak menjadi nyata. Sebaliknya, pemasukan dari Surface justru mengalami kenaikan 8% pada Q2 2022. Microsoft mengungkap, pertumbuhan itu didorong oleh penjualan Surface Laptop, lapor The Verge. Selain itu, pemasukan Microsoft dari Windows Commercial dan layanan cloud juga naik 13%.
Pendapatan dari divisi hardware Microsoft juga mengalami kenaikan, sebesar 4%. Hal ini bisa tercapai berkat Xbox Series X/S, yang telah tersedia di pasar selama lebih dari satu tahun. Tak hanya itu, pemasukan dari divisi konten dan layanan Xbox juga mengalami kenaikan sebesar 10% dari tahun lalu. Sekarang, jumlah pengguna Xbox Game Pass telah mencapai 25 juta orang. Menurut Microsoft, Halo Infinite dan Forza Horizon 5 merupakan dua game yang mendorong pertumbuhan jumlah pengguna Game Pass.
Source: Wikipedia